واليخش الذين لوتركوا من خلفهم ذرية ضعافا خافوا عليهم فاليتقوا الله واليقولوا قولا سديدا
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar. (Q.S. Annisa’ 9)
Saat itu Arif yang berusia 3 tahun menarik tempat sampah yang cukup besar dibanding ukuran badannya, ia berusaha menarik tempat sampah tersebut dari halaman untuk dibawa masuk kedalam rumah. Ibunya mengamati apa yang ia lakukan dari jarak 6 M di balik tembok. Tiba-tiba Arif membalikkan tempat sampah tersebut dan
mengeluarkan isinya di lantai rumah, sehingga lantai yang semula putih bersih menjadi kotor. Pada saat itu suara sepeda motor ayahnya datang dan berhenti di depan rumah, kemudian masuklah sang ayah. Melihat hal itu sang Ayah tersentak, kemudian memandangi Arif. Dengan wajah merah agak menahan gejolak perasaan, lantas ayahpun bertanya dengan suara agak tertahan : “Arif… apa yang adik lakukan ?”. Melihat hal itu si Ibu yang semula hanya diam memandangi keduanya spontan memberi isyarat kepada ayah agar tidak mengusik Arif dengan mengangkat telunjuk dibibirnya.
mengeluarkan isinya di lantai rumah, sehingga lantai yang semula putih bersih menjadi kotor. Pada saat itu suara sepeda motor ayahnya datang dan berhenti di depan rumah, kemudian masuklah sang ayah. Melihat hal itu sang Ayah tersentak, kemudian memandangi Arif. Dengan wajah merah agak menahan gejolak perasaan, lantas ayahpun bertanya dengan suara agak tertahan : “Arif… apa yang adik lakukan ?”. Melihat hal itu si Ibu yang semula hanya diam memandangi keduanya spontan memberi isyarat kepada ayah agar tidak mengusik Arif dengan mengangkat telunjuk dibibirnya.
Arif menjawab “Aku mencari cacing Yah …”
“Emangnya ada cacingnya?” tanya Ayah. “Ada Yah…” Jawab mulut kecil tersebut dengan renyah. “Kenapa cacingnya? “ tanya Ayah. Arif menjawab : “Aku pingin tahu cacing kalau berjalan pakai apa…? Disusul kalimat lain yang bertubi-tubi dari mulut mungil itu : “cacing bernafas pakai apa ? cacing itu ususnya dimana Yah …? trus Allah itu dimana Yah kalau cacing disini ? Kan yang menciptakan cacing Allah ? …. Sang ayah terpana mendapat jawaban yang berbentuk pertanyaan balik si kecil tersebut, yang ternyata pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah membutuhkan jawaban yang tepat dan berdasarkan fakta … di situ ilmu Biologi ….sampai dengan Akidah dipertanyakan.
Begitulah sejatinya setiap anak memiliki potensi yang luar biasa. Bagaimana misalkan sang Ayah tadi marah melihat lantai dikotori, kemudian menghentikan kegiatan penelitian yang dilakukan Arif.
Karena sebenarnya manusia memiliki sel syaraf di otaknya (otak reptil, mamalia maupun neokorteksnya), sel syaraf tersebut dinamakan neuron. Setiap neuron mampu memiliki sambungan yang disebut dendrit dari 2000 hingga 20.000 sambungan. Kecerdasan seseorang dilihat bukan dari besarnya otak, tetapi ditentukan oleh banyak atau sedikitnya dendrit (sambungan). Sedangkan Proses penyambungan yang paling hebat pada neuron terjadi pada masa golden Age atau masa keemasan yaitu pada saat anak berusia 0 – 5 tahun.
Ketika anak melakukan uji coba, pengamatan dan eksplorasi kemudian dihentikan dengan paksa atau dibentak, maka akan berefek cukup fatal bagi perkembangan otaknya, yaitu penyambungan yang akan terjadi di sel syaraf otak tidak akan pernah terjadi pada tempat dan kondisi tersebut untuk selama-lamanya. “Guru Dan Orang Tua Bisa Menjadi Pemberi Stimulus Hingga Si Kecil Menjadi Hebat Nantinya, Atau Sebaliknya Bisa Menjadi Pembunuh Darah Dingin Untuk Kecerdasan Si Kecil”.
0 komentar:
Posting Komentar